Iklan

Saturday, 2 July 2016

-KISAH CINTA YANG KELAM (PART 6)-

Keesokan harinya,karena sekolah sudah usai,aku punya waktu membawa Mira jalan-jalan sembari melupakan apa yang baru dilihatnya kemarin.
Kini Mira sudah berubah. Tak lagi penuh senyuman,tak lagi penuh tanya dan canda tawa,dan tak lagi terlihat bak bidadari.
Semua sirna direnggut oleh teman ku Arga yang kini sudah ku hantarkan ke neraka,tempat orang-orang seperti dia akhirnya bersemayan.
Aku segera lebih agresif dari biasanya. Lebih banyak melontarkan pertanyaan dan lebih banyak senyum meski semua adalah paksaan.
AKu ingin Mira yang dulu kembali. Aku Mira yang bisa membimbing ku jalan yang lebih baik.
Tapi sepertinya semua usaha ku hari ini sia-sia. Mira lebih banyak hanyut dalam lamunannya dan tetap membeku dalam diam.
Akhirnya kami pulang dengan perjalanan yang canggung dan sunyi. Bahkan lebih parah dari waktu kami pertama bertemu.
Saat aku kembali ke rumah,aku melihat mobil polisi tengah parkir di depan rumah ku,dengan beberapa opsir yang kini berdiri sambil menanyai Orang tua ku.
Saat aku datang hendak memasuki rumah,semua mata tertuju pada ku dengan pandangan kesal dan mengintimidasi.
Ayah ku pun tertunduk lemas,lalu berkata"Bawalah anak itu. Dia yang kalian cari".
Opsir itu pun berlari ke arah ku dan langsung memasang borgol mereka di kedua tangan ku. Aku hanya bisa menyerahkan diri,karena aku tahu kesalahan ku.
Sesampainya di kantor polisi,aku pun mengaku atas semua perbuatan ku dan menceritakan kronologinya kepada opsir yang sekarang berada di depan ku.
Saat aku tengah bercerita,datanglah Mira dengan ibunya. Mira langsung memelukku. KIni aku kembali merasakan kehangatan Mira. Mira memberi pengakuan dan membela ku.
Setelah panjang lebar bernegosiasi,aku pun dibebaskan,karena mereka bilang tindakan ku hanya tindakan pembelaan diri.
Aku pulang bersama MIra dan Ibunya. Aku meminta maaf pada Ibu Mira karena tidak bisa menjaga Mira dengan baik.
Kini wajah sedihlah yang ku dapati dari mereka. Aku pulang dan masuk ke rumah tanpa menyapa kedua orang tua ku yang tengah duduk di ruang tamu sambil membahas tentang sesuatu. Aku tahu pasti hal itu menyangkut diri ku,tapi aku tida peduli dan pergi ke kamar ku.
Saat hendak memejamkan mata,Ayah datang memasuki kamar ku. Tanpa mengetuk,tanpa meminta izin,dia langsung masuk dan dengan suara lantang dia berkata "Sekali lagi kau lakukan hal itu,kau pun akan ku hantar ke neraka bersama arwah orang yang telah kau bunuh".
Setelah itu dia keluar sambil membanting pintu. Masa bodoh dengan himbauan itu,toh aku bisa melawan saat hendak dibunuh.
Kini hari demi hari telah berlalu. Mira pun lambat laun mulai membaik. Dia pun kini sudah terlihat sedikit bahagia,meski tak seperti Mira yng ku kenal. Kami pun sering bertemu untuk sekedar bertukaran pikiran tentang universitas yang akan kami pilih sebagai tempat kami menimba ilmu nantinya.
Tak terasa,kini aku dan Mira seorang mahasiswa. Tapi aku merasa MIra semakin lama semakin menjauhi ku.
Dia semakin berubah,semakin jauh dengan Mira yang dulu.
Dia pun sekarang lebih memilih menghabiskan waktunya dengan teman-teman barunya,dibanding dengan ku.
Pernah sekali waktu aku melihanya berjalan dengan seorang pria,hanya berduaan.
Aku mulai berpikir kalau aku mulai tak dianggap oleh Mira.
Belakangan ini pun kami semakin sering bertengkar hebat.
Hingga habis sudah kesabaran ku.
Aku memutuskan untuk menyudahi hubungan kami.
Namun aku tetap saja kepikiran soal dia.
Kini dia sudah jarang berkunjung. Bahkan untuk membalas chat ku pun dia tak mau.
Aku seakan tak pernah hadir dalam kehidupannya.
Padahal aku sebenarnya masih sangat mencintai dia.
Entah dengan apa aku bisa menggambarkan besarnya cinta ku terhadap nya.
Sampai di suatu malam yang kelam,aku sampai pada titik dimana aku kembali mengeluarkan pandangan itu. Kini aku dipenuhi aura haus darah yang harusnya bisa ku bendung bila bersama Mira.
Aku pergi ke rumah Mirah dengan sebilah pisau dalam tas ku.
Ku pikir Mira tak akan membukakan pintu rumahnya lagi untukku.
Ternyata Mira masih mepersilahkan aku masuk ke rumah mewahnya.
Ibunya masih ramah terhadap ku,tapi Mira tidak.
Maka lengkaplah syarat untuk aku mengeluarkan bilah pisau yang ada di tas ku.
Aku pergi ke dapur untuk menjalankan langkah pertama ku,dengan tas yang tetap ku sandang.
Saat di dapur,aku menghantarkan Ibu Mira ke surga. Tempat tenang yang cocok untuk dia tanpa membuat dia menderita.
Aku hanya menyayat lehernya hingga terlepas kepalanya yang berisi banyak pikiran itu.
Aku tak ingin terlalu menyikasa ibu Mira,jadi kurasa memenggal kepalanya sudah cukup.
Selesai dengan langkah pertama,aku kembali ke ruang tamu,untuk kembali pada Mira.
Mira yang kini duduk diam tanpa memperdulikan aku,yang kini lebih sibuk dengan orang lain daripada aku,Mira yang akan ku bantu ke tempat yang sama dengan Ibunya yang baru saja pergi.
Aku ingin sedikit bersenang-senang dengan Mira,jadi aku menunjukkan bilah pisau yang kini ada noda darahnya. Mira hanya terkejut tak dapat mengucap sepatah kata pun.
Aku memulainya dengan melucuti pakaiannya. Setidaknya sebelum dia pergi,biarlah tubuhnya yang indah itu,meski sudah bernoda,dinikmati oleh aku,orang yang sangat mencintai dia.
Mira hanya terdiam saat aku menggerayangi tubuh nya. Ku nikmati puting muda yang masih berwarna merah muda itu. Aku pun melucuti pakaian ku.
Kini aku lebih bernafsu. Tanpa pikir panjang aku pun memasukkan penis perkasa milikku,yang lebih hebat dari mili Arga yang sudah berada di neraka sekarang.
Sungguh ku nikmati tubuh "sang wanita bak bidadari" itu. Ku puaskan semua nafsu ku padanya. Dia hanya pasrah sambil menahan semua rasa sakit yang dia terima.
Desahan pun perlahan keluar dari mulut Mira. Mira yang polos,yang tidak ingin mendengarkan perkataan ku.
Mira yang bodoh karena terlalu ramah dengan semua orang. Mira yang sebentar lagi ku berangkatkan ke surga.
Lebih kurang satu jam aku menikmati tubuh Mira. Kini Mira terkulai lemas. Aku pun mengukir nama ku di tubuh Mira yang sudah terkulai lemas. Aku mengukir tanda cinta ku dengan pisau yang ku bawa tadi.
Setelah mengukir nama ku di tubuh Mira,kini ku sudahi semua penderitaanya. Ku ambil beberapa foto untuk kenang-kenangan,dan ku penggal kepalanya untuk buah tangan ku.
Malam ini,aku menyudahi penderitaan semua orang. Ibu Mira,Mira dan aku sendiri. Kini Mira,wanita yang bisa menuntun ku ke jalan yang benar sudah tiada.
Mira yang harusnya bisa membuat ku tak seperti ini.
Oh Mira. Inilah tanda besarnya cinta ku.
 Semoga kau tenang disana.
Sampai Jumpa Mira....
Uda mau abis nih :v
Selamat menikmati

No comments:

Post a Comment