Kami menempuh perjalanan dengan bersenda gurau. Tawa mewarnai perjalanan kami. Kini aku pun sudah lebih dekat dengan Avera dan Anya. Meski aku tidak terlalu suka dengan gaya mereka yang terlalu nyentrik. Agak risih bila dipandang mata.
Kami pun akhirnya sampai di rumah genta. Baru kali ini ku lihat mereka begitu serius dengan pelajaran. Mungkin karena UN sudah dekat,jadi mereka berpikir bahwa ini adalah waktunya serius.
Tak terasa waktu sudah berlalu 2 jam. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 6:21. Warna langit pun kini sudah mulai berubah dari cerah menjadi gelap dengan bintang-bintang mulai menghiasi langit.
Genta bilang lebih baik kami makan malam dulu sebelum pulang. Aku pun mengiyakan,karena Mira sudah terlihat lapar dengan memegangi perutnya seperti orang yang tengah hamil.
Arga dan Avera pergi membeli bahan-bahan memasak. Sementara Aku,Mira,Genta dan Anya meyiapkan peralatan untuk memasak.
Tak beberapa,akhirnya Arga dan Avera sampai dengan membawa belanjaan. Setelah itu mereka permisi,katanya mau pergi keluar karena kelupaan membeli sesuatu. Kami yang tinggal disini pun menyiapkan semuanya dengan baik. Mulai dari memotong sayur,merebus daging dan urusan memasak lainnya.
Aku terasa ingin buang air kecil,jadi aku permisi ke toilet. " Gen,toilet dimana ya ?",tanya ku pada Genta. "Dari sini kamu ke kiri,naik tangga ke lantai 2. Toilet ada disebelah kamar ku. Kamar mandi keluarga sedang direnovasi",Genta mengarahkan ku ke tempat tujuan,yaitu toilet. Aku pun pergi mengikuti arahan Genta.
Saat melewati kamar Genta,aku mendengar desahan wanita. Karena penasaran,aku pun mengintip ke dalam kamar. Dan apa yang ku dapati membuat ku terkejut setengah mati. Memang Mira bilang untuk membuang jauh-jauh prasangka buruk. Tapi bila sudah begini,aku harus bagaimana ? Apakah aku harus menyimpan baik-baik untuk menjaga image teman ku ?
Arga dan Avera tengah bersetubuh. Cumbu demi cumbu ku lihat dengan jelas. Entah mereka terlalu asik atau mereka memang sengaja,tapi yang pasti aku tidak ketahuan tengah mengintip.
Aku bisa melihat tubuh Avera tanpa sehelai benang pun. Ku akui memang tubuh Avera terlihat bagus. Dengan Puting yang masih merah muda,itu semakin membuat birahi ku naik.
Goyangan yang dilakukan Arga membuat Avera semakin menjadi. Kedua buah dada nya bergoyang bukan main,seperti bola yang tengah terombang-ambing. Peluh membasahi tubuh mereka,meski kamar Genta menggunakan pendingin ruangan.
Aku coba memastikan apakah yang ku lihat ini bukan mimpi. Dan alhasil,ini memang nyata. Ku urangkan niat ku yang ingin buang air kecil untuk melihat mereka berdua.
Ingin rasanya aku juga melakukan hal yang sama. Cukup dengan menggerayangi tubuh proporsional nan montok mili Avera. Tapi aku tersadar dari angan ku. Aku segera turun ke bawah untuk melihat Mari. Aku takut kalau-kalau Mira pun menjadi korban perbuatan mesum teman Arga,yaitu Genta.
Namun syukurnya,saat aku sampai,aku hanya melihat makanan diatas meja dengan Genta,Mari dan Anya membersihkan meja.
Tak lama kemudian,Arga dan Avera turun untuk ikut makan. Mereka tidak terlihat seperti orang yang baru saja melakukan hubungan suami istri. Sungguh kemampuan yang hebat.
Kami makan sambil saling bertukar pikiran dan berbagi pengalaman. Saat selesai makan,jam sudah menunjukkan pukul 9:33,sudah hampir waktunya untuk gadis perawan tidur.
Kami pun permisi pulang meninggalkan Genta sendiri di rumahnya,karena orang tuanya juga sedang keluar kota.
Diperjalanan aku menceritakan apa yang ku lihat di rumha Genta kepada Mira. Tapi Mira kali ini tidak dipihak ku. Dia hanya menjawab "Mungkin kamu salah lihat. Mana mungkin mereka seperti itu .Sudah ah,jangan menjelek-jelkan orang". Aku coba berkali-kali meyakinkan Mira,tapi Mira tetap tak percaya hingga dia sampai di rumahnya.
Aku pulang dengan perasaan bercampur-aduk. Aku ingin meyakinkan Mira dan menjauhkan Mira dari mereka. TapiMira pasti tidak ingin hal itu dan tak akan mempercayai ku.
Aku sibuk memikirkan cara untuk menyelamatkan Mira dari mereka hingga tank sadar aku sudah tertidur.
Setelah bangun,aku segera berkemas untuk pergi sekolah sambil melanjutkan tugas ku malam tadi,yaitu berpikir.
Aku menjalani hari demi hari dengan penuh rasa khawatir. Tak baik rasanya kalau aku membeberkan hal tersebut di kelas. Lagi pun belum tentu teman-teman di kelas percaya pada ku.
Aku pun dihantui rasa takut kalau-kalau Mira jadi korban hal yang sama. Sampai tiba akhirnya UN berlangsung. Aku mencoba mengesampingkan kerisauan ku dan berfokos pada UN.
Seminggu UN berlangsung,seminggu itu pula ku lalui dengan baik. Aku optimis kalau aku pasti mendapat niai bagus.
Kami satu kelompok menyarankan untuk merayakan berlalunya UN. Namun bukan dengan coret-coret seragam seperti yang biasa dilakukan anak-anak SMA zaman sekarang. LAgi pun Mira tak akan mau melakukan hal bodoh semacam itu.
Akhirnya kami menyarankan untuk berpesta semalam suntuk di rumah Genta. Tempat hina yang sebenarnya tak ingin ku kunjugi lagi. Namun karena Mira memaksa,akhirnya aku ikut juga.
Pesta ini berjalan dengan lancar,mulai dari bermain games semalaman hingga diakhiri acaraminum-minum ini. Minuman kami memang tidak ada yang beralkohol,namun anehnya aku merasa sedikit pusing dan mengantuk berat.
Tanpa sadar aku terkulai lemas,tertidur pulas,tanpa tau apa yang terjadi.
Saat bangun,aku mendapati ruangan yang berantakan bekas pasti kami tadi. Saat melirik jam,ternyata sudah pukul 4:37 yang menandakan sekarang sudah pagi. Tapi aku tak mendapati siapa siapa selain aku di ruangan ini.
Sejauh mata memandang hanya terlihat sampah dan sampah bekas pesta malam tadi. Aku ingin menyegarkan diri dengan membasuh wajah,jadi aku pergi ke toilet.
Tanpa berpikir yang aneh-aneh,karena mungkin saja mereka tengah pergi keluar membeli sesuatu.
Namun pikiran yang aneh-aneh kembali menghinggapi kepala ku saat aku mendengar desahan lagi,sekarang dengan pintu tertup rapat.
Aku mencoba mendengarkan dibalik pintu. Tiba-tiba aku teringat dengan Mira,yang juga tidak terlihat saat aku terbangun.
Pikiran ku bercampur aduk,antara penasaran,marah dan bingung. Inilah masa-masa aku kehilangan akal sehat. Hal seperti ini yang membuat aku membunuh teman ku sewaktu SMP dulu.
Tanpa buang waktu,aku pergi kebawah,tepatnya ke dapur. Aku mengambil pisau memasak dan menggenggam erat pisau itu. Aku mungkin akan melakukan hal buruk yang duluh pernah kulakukan dulu,yaitu membunuh.
Apalagi jika Mira menjadi korban mereka,maka aku pun tak akan sungkan membunuh mereka. Persetan dengan nama baik hukum,aku tak mau Mira dirusak oleh mereka.
Aku kembali ke depan kamar Genta,kini dengan pisau di tangan ku. Aku mendobrak pintu kamar itu sekeras tenaga hingga aku terjatuh.
Panas didih wajah ku ketika melihat Mira tengah dipaksa Arga mengulum penis kotor miliknya. Aku dikuasai amarah. Kini aku bergerak sesuai emosi ku,bukan lagi akal sehat.
Aku menarik Mira,dan menjatuhkan Arga. Tanpa pikir panjang. Ku sayat sekujur tubuhnya yang kini tanpa sehelai benang.Ku hancurkan penis kotor yang sudah menodai Mira. Kini mata ku terlihat seperti biasa. Mata haus darah yang sudah ku kurung sejak bersama Mira.
Kini hasrat membunuh ku kembali lagi. AKu tidak peduli dengan Mira yang tengah melihat diri ku yang asli ini. Dengan membabi-buta ku sayat tubuh hina yang menodai Mira ku.
Ku sayat tanpa henti. Kini kamar itu sudah seprti neraka. Darah segar dimana-mana. Tak kudengarkan lagi permintaan maaf dari Arga yang kini sudah tak bernyawa.
Persetan dengan teman,inilah alasan aku tak mempercayai manusia bahkan diri ku sendiri. Manusia dipenuhi hawa nafsu seperti binatang yang suatu saat akan keluar mengikut dengan perangai yang tengah dibawakan di dunia ini.
Mira,Genta,Anya,Avera. Mereka pergi ke pojokan kamar. Menutupi tubuh mereka untuk menyembunyikan kembali kehinaan yang sudah melekat di tubuh mereka sekaligus melindungi tubuh mereka dari cipratan darah Arga yang sudah dingin dan terkulai lemas.
Setelah Puas dengan tubuh Arga,aku menacapkan pisau di kepalanya yang sekeras batu,yang berisi semua pikiran mesum yang kini sudah tidak bisa ditampilkan lewat wajah yang kini penuh darah dan sudah tak beraturan.
Aku menarik Mira dan memakaikannya baju karena dia masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Aku melempar tatapan penuh amarah dengan orang-orang yang kami tinggal kan di kamar itu. Tatapan yang setiap saat bisa membawa ku mengatarkan semua orang bertemu ajalnya.
Aku mengantar Mira dan mencoba menenangkannya. Sulit untuk ku agar bisa berbicara seperti biasa. Aku tau Mira sekarang tengah dihantui trauma mengerikan yang baru saja terjadi.....
Selamat menikmati :v
No comments:
Post a Comment