Kelas akhirnya selesai. Akhirnya kami bisa kembali ke kehidupan kami masing-masing diluar sekolah. Semua orang mulai keluar dari kelas,dengan terbur-buru dan tidak karuan.
Akhirnya kelas ini sunyi dengan aku yang masih sibuk dengan membereskan peralatan belajar ku.
Saat hendak melangkah keluar kelas,tiba-tiba saja Mira kembali ke kelas dengan berlari kecil.
Aku melihatnya masuk ke kelas dan mulai mencari-cari sesuatu di sekitaran meja tempat ia duduk selam kelas berlangsung.
Dengan berat hati dan kesal karena melihat tingkahnya,aku bertanya kepadanya "Kau sedang mencari apa ?".
"Aku sedang mencari pulpen berwarna keemasan yang ku pakai sewaktu belajar tadi. Apa kau melihatnya ?",jawab Mari.
Sungguh tindakan bodoh.Itu hanya sebuah pulpen,kan dia bisa membelinya lagi tanpa perlu repot mencari seisi kelas.
Kemudian sembari melihat sekitar,aku melihat sesuatu berkilauan di sudut meja guru. "bukan yang ada di sudut meja guru itu",kata ku.
Tanpa pikir panjang,Mari berlari kemeja guru dan mendapati pulpen nya itu.
"Terima kasih. Kalau bukan karena mu,mungkin aku sudah pulang kelewat telat. Kau cukup jeli juga",jawab Mari dengan senyum terpancar dari wajahnya.
Aku menganggukan kepala menjawab pernyataannya tadi. Entah itu pujian,guyonan atau apalah,persetan dengan hal itu.
Aku memalingkan wajah dari kelas dan bersiap untuk berjalan pulang.
Baru saja aku berharap bahwa perjalanan pulang ku akan tenang,tiba-tiba Mira datang menghancurkan harapan ku itu.
"Pulang bareng yuk. Rumah kita searah loh. AKu tau karena sering melihat mu sewaktu berjalan pulang". Kalimat itu membuat aku memutar otak ku lebih dari biasanya.
Ini pertama kalinya aada yang mengajak aku pulang bareng. Setelah mempertimbangkan segala hal,aku mengangguk pelan sembari berkata "Asal kau tenang selam perjalanan,tak mengapa".
Akhirnya kami pun pulang bersama. Menyusuri jalanan dengan segala hiruk-pikuk yang terjadi sejauh mata memandang.
Perjalanan ini terlalu canggung,terlalu sunyi,seperti yang ku inginkan.
Saat hendak melewati jembatan,Mari menarik tangan ku menuju sebuah kedai makanan ringan yang sama sekali tidak kusadari kalau kedai itu berada disitu selama ini.
"Kita makan dulu yuk,aku traktir deh",kata Mari sambil terus menarik tangan ku. Kontak fisik adalah satu hal yang ku hindari agar aku benar-benar bisa menahan diri untuk bertindak kriminal.
Tanpa menunggu jawaban keluar dari mulut ku,akhirnya kami sudah berada di dalam kedai makanan itu.
Satu hal yang ku benci adalah menunjukkan tabiat ku di depan manusia lain selain keluarga ku. Jadi aku memutuskan hanya duduk dan pulang.
"Aku pesan ini dan 2 minuman ini",Mari menunjuk menu dan menyampaikan pesanannya kepada pelayan.
Kami duduk tanpa seorang pun yang memulai percakapan.
Saat makanan datang,aku melihat porsi makanan yang cukup besar. Kompor portable yang diatasnya ada mangkuk berisi makanan itu kini berada di meja tempat kami duduk.
Sebentar suasanan menjadi hening. Perut ku yang memang sudah menahan lapar membuat pikiran ku kemana-mana.
"Mari makan". Setelah mengucapkan perkataan itu,MIra mengambil piringnya dan mulai makan.
Tak beberapa lama kemudian,dia berhenti makan sembari berkata "Kenapa kau tidak ikut makan ? Makanan ini ku pesan untuk kita berdua. Ini juga minuman mu. Tenang saja,kan aku traktir".
Aku menolak dengan cara halus hingga cara blak-blakan,namun dia tetap memaksa. Sambil menolak,ku sampaikan alasan aku tidak mau makan,yaitu aku tidak ingin menunjukkan tabiat ku ke orang lain.
"Sudahlah,makan saja. Aku ingin dekat dengan mu,jadi bolehkan aku melihat tabiat mu yang selam ini kau sembunyikan dari orang-orang itu". Kalimat itu,pertama kali ku dengar,dan yang lebih "wah" nya lagi kata-kata itu ku dengar dari wanita secantik Mira. Mungkin penggambaran bak bidadari itu ada benarnya,meski aku pun tak pernah melihat bidadari.
Dengan sedikit keresahan dan berat hati. AKhirnya aku coba makan. Berhubung perut juga sudah teriak-teriak minta diisi,aku akhirnya makan.
"Lihatkan,tidak ada yang aneh dari cara makan mu. Kau malah terlihat imut sewaktu makan". Mendengar perkataan itu,aku tersedak separah-parahnya.
Baju ku akhirnya berantakan.Mira tanpa pikir panjang langsung mengambil serbet dan buru-buru membersihkan pakaian ku."Maaf kalau mengagetkan mu. Terlihat lucu ketika kau tersedak". Kalimat yang dilontarkan Mira ini akan selalu ku ingat.
Disini aku semakin melihat perbedaan mencolok dari Mira dibanding orang lainnya. Dia yang polos,ramah,cerdas,cekatan dan yang paling ku suka adalah ketidak-pandang bulu-annya itu.
Aku mungkin risih bila orang hina yang melakukan ini terhadap ku. Mungkin aku akan marah dan langsung menusukkan garpu yang ada di meja ini kepada orang hina itu. Tapi Mira,membuat ku memberi kepercayaan ku padanya meski belum sepenuhnya.
Aku termasuk orang yang pemilih dari bergaul,sampai aku pun tidak punya teman. Tapi Mira dapat meluluhkan dinding pembatas yang sudah susah payah ku bangun disekitar diri ku selama ini. Ini merupakan hari terbaik dari seluruh hari yang pernah ku jalani selama ini dalam hidup ku.
Mungkin kali ini,tak salah bila aku menyebut kalau aku jatuh cinta pada Mira. Mira sang jelmaan bidadari yang mungkin bisa membimbing ku ke hidup yang lebih baik,hidup yang akan ku jalani dengan perasaan senang tanpa gangguan.
Setelah acara makan tadi,aku dan Mira pun memutuskan untuk pulang.
Karena aku sudah sedikit percaya akan Mira,aku mulai memberanikan diri untuk memulai percakapan,agar perjalanan ini tidak secanggung yang sebelumnya.
"Hmmm..ma-maaf bertanya,ta-tadi kenapa kau be-bersikeras sekali mencari pu-pulpen mu itu ?",tanya ku dengan terbata-bata.
Mira tersenyum sambil menceritakan kisahnya. "Pulpen itu ku dapat dari ayah ku yang kini telah tiada. Itu benda kenang-kenangan terakhir yang diberikannya pada ku. Jadi aku pasti mersa bersalah sekali bila menghilangkannya,karena benda itu diberi orang yang paling ku sayangi.".
Itulah alasan Mira. Karena aku cuek,aku tidak terlalu mengindahkan perkataannya itu. Aku hanya mengangguk tanda mendengarkan perkataannya itu.
Setelah itu suasana kembali canggung,hingga akhirnya sampai ke depan rumah Mira. Rumah mewah yang bahkan tak bisa kubandingkan dengan rumah sederhana yang ku tinggali bersama orang tua ku.
Mira mengajak ku untuk minum teh sejenak. Aku hanya menggeleng tanda menolak. "Besok kita pulang bareng lagi ya. Menyenangkan bisa mengenal mu. Lain kali mampirlah sejenak". Kata-kata itu menjadi penutup percakapan kami hari ini.
Aku melanjutkan perjalanan pulang ku seperti biasa lagi. Sendiri,tenang,tanpa peduli sekitar.....
Sabar,bentar lagi nemu kok.
Selamat menikmati
No comments:
Post a Comment